A. MENJELANG PERNIKAHAN, terdiri dari:
-
Melamar
o
Peranan penting dalam proses lamaran ini adalah
mak comblang. Biasanya mak comblang datang dari pihak mempelai pria. Dia adalah
seseorang yang biasanya ditunjuk atau dituakan.
-
Penentuan
o
Bila telah terjadi kesepakatan bahwa lamaran
diterima, maka akan diadakan penentuan bilamana hantaran dan mas kawin bisa
dilaksanakan.
-
Sangjit
o
Pada hari yang sudah ditentukan, pihak
pria/keluarga pria dengan mak comblang dan kerabat dekat mengantar seperangkat
lengkap pakaian mempelai pria dan mas kawin. Mas kawin dapat memperlihatkan
gengsi, kaya atau miskinnya keluarga calon mempelai pria. Semua harus dibungkus
dengan kertas merah dan warna emas. Selain itu juga dilengkapi dengan uang susu
(ang pauw) dan 2 pasang lilin. Pada umumnya angpao hanya diambil sebagian saja
dan lilin dikembalikan.
-
Tunangan
o
Pada saat pertunangan ini, kedua keluarga saling
memperkenalkan diri dengan panggilan masing-masing, seperti yang telah
diuraikan pada Jelajah No. 3.
-
Penentuan Hari Baik, Bulan Baik
o
Suku Tionghoa percaya bahwa dalam setiap
melaksanakan suatu upacara, harus dilihat hari dan bulannya. Apabila jam, hari
dan bulan pernikahan kurang tepat akan dapat mencelakakan kelanggengan
pernikahan mereka. Oleh karena itu harus dipilih jam, hari dan bulan yang baik.
Biasanya semuanya serba muda yaitu : jam sebelum matahari tegak lurus; hari
tergantung perhitungan bulan Tionghoa, dan bulan yang baik adalah bulan naik /
menjelang purnama.
B. UPACARA PERNIKAHAN, terdiri dari:
a. Pemasangan Sprei
- 3 - 7 hari menjelang hari
pernikahan diadakan “memajang” keluarga mempelai pria dan famili dekat. Mereka
berkunjung ke keluarga mempelai wanita. Mereka membawa beberapa perangkat untuk
menghias kamar pengantin. Hamparan sprei harus dilakukan oleh keluarga pria
yang masih lengkap (hidup) dan bahagia. Di atas tempat tidur diletakkan mas
kawin. Ada acara makan-makan bersama. Calon mempelai pria dilarang menemui
calon mempelai wanita sampai hari H.
b. Liauw Tiaa (Pesta Bujang)
Malam dimana esok akan diadakan upacara pernikahan. Upacara ini biasanya
dilakukan hanya untuk mengundang teman-teman calon kedua mempelai. Tetapi
adakalanya diadakan pesta besar-besaran sampai jauh malam. Pesta ini diadakan
di rumah mempelai wanita. Pada malam ini, calon mempelai boleh digoda
sepuas-puasnya oleh teman-teman putrinya. Malam ini juga sering dipergunakan
untuk kaum muda pria mencari pacar
C.
UPACARA SEMBAHYANG TUHAN”Cio
Tao”)
Di pagi hari pada upacara hari pernikahan, diadakan Cio Tao. Namun, adakalanya
upacara Sembahyang Tuhan ini diadakan pada tengah malam menjelang pernikahan.
Upacara Cio Tao ini terdiri dari :
-
Penghormatan
kepada Tuhan
-
Penghormatan
kepada Alam
-
Penghormatan kepada Leluhur
-
Penghormatan
kepada Orang tua
-
Penghormatan
kepada kedua mempelai.
Meja
sembahyang berwarna merah 3 tingkat. Di bawahnya diberi 7 macam buah, COntohnya:
Srikaya,sebagai lambang kekayaan. Di bawah meja harus ada
jambangan berisi air, rumput berwarna
hijau yang melambangkan alam nan makmur. Di belakang meja ada tampah dengan
garis tengah 2 meter dan di atasnya ada tong
kayu berisi sisir, timbangan, sumpit, dll. yang semuanya itu melambangkan
kebaikan, kejujuran, panjang umur dan setia.
Kedua mempelai memakai pakaian upacara kebesaran Cina yang disebut baju “Pao”.
Mereka menuangkan teh sebagai tanda penghormatan dan memberikan kepada yang
dihormati, sambil mengelilingi tampah dan berlutut serta bersujud. Upacara ini
sangat sakral dan memberikan arti secara simbolik.
D. DI KELENTENG
Sesudah
upacara di rumah, dilanjutkan ke Klenteng. Di sini upacara penghormatan kepada
Tuhan Allah dan para leluhur.
E. PENGHORMATAN ORANG
TUA DAN KELUARGA
Kembali ke rumah diadakan penghormatan kepada kedua orang
tua, keluarga, kerabat dekat. Setiap penghormatan harus dibalas dengan “ang
pauw” baik berupa uang maupun emas, permata. Penghormatan dapat lama, bersujud
dan bangun. Dapat juga sebentar, dengan disambut oleh yang dihormati.
F. UPACARA PESTA PERNIKAHAN
Selesai upacara penghormatan, pakaian kebesaran ditukar
dengan pakaian “ala barat”. Pesta pernikahan di hotel atau tempat lain. Usai
pesta, ada upacara pengenalan mempelai pria ( Kiangsay ). Mengundang kiangsay
untuk makan malam, karena saat itu mempelai pria masih belum boleh menginap di
rumah mempelai wanita.
G. SETELAH PERNIKAHAN
Tiga
hari sesudah menikah diadakan upacara yang terdiri dari:
1. Cia Kiangsay
2. Cia Ce’em
Pada upacara menjamu mempelai pria (”Cia Kiangsay”) intinya adalah
memperkenalkan keluarga besar mempelai pria di rumah mempelai wanita. Mempelai
pria sudah boleh tinggal bersama. Sedangkan “Cia Ce’em” di rumah mempelai pria,
memperkenalkan seluruh keluarga besar mempelai wanita.
Tujuh hari sesudah menikah diadakan upacara kunjungan ke rumah-rumah famili
yang ada orang tuanya. Mempelai wanita memakai pakaian adat Cina yang lebih
sederhana.
PERUBAHAN YANG BIASA TERJADI PADA ADAT
UPACARA PERNIKAHAN
* Ada beberapa pengaruh dari adat lain atau
setempat, seperti: mengusir setan atau mahkluk jahat dengan memakai beras
kunyit yang ditabur menjelang mempelai pria memasuki rumah mempelai wanita.
Demikian juga dengan pemakaian sekapur sirih, dan lain-lain.
* Pengaruh agama, jelas terlihat
perkembangannya. Sekalipun upacara Sembahyang Tuhan / Cio Tao telah
diadakan di rumah, tetapi untuk yang beragama Kristen tetap ke Gereja dan
upacara di Gereja. Perubahan makin tampak jelas, upacara di Kelenteng diganti
dengan di gereja.
* Pengaruh pengetahuan dan teknologi, dapat
dilihat dari kepraktisan upacara. Dewasa ini orang-orang lebih mementingkan
kepraktisan ketimbang upacara yang berbelit-belit. Apalagi kehidupan di
kota-kota besar yang telah dipengaruhi oleh teknologi canggih.
Sebagai
suatu pranata adat yang tumbuh dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat yang
terlibat di dalamnya, sasaran pelaksanaan adat pernikahan Tionghoa mengalami
masa transisi. Hal ini ditandai dengan terpisahnya masyarakat dari adat
pernikahan tersebut melalui pergeseran motif baik ke arah positif maupun
negatif dan konflik dalam keluarga.
Dewasa ini masyarakat Tionghoa lebih mementingkan kepraktisan ketimbang upacara
adat. Hampir semua peraturan yang diadatkan telah dilanggar. Kebanyakan upacara
pernikahan berdasarkan dari agama yang dianut.
SHIO, JAM, DAN TANGGAL LAHIR
Jaman dulu, dimana orang masih piara abu leluhur, begitu para ortu udah oke oke
nih, comblang mintain jam dan tanggal lahir si cewek, otomatis ketauan shionya
dan elemennya, apa kayu, api, air, logam, atau tanah. Tanggal ini terus ditaroh
di meja sembahyang selama tiga hari. Dalam jangka waktu tiga hari ini kalau ada
tanda tanda jelek, misalnya ortu sama ortu cekcok, atau mendadakan ada yang
sakitan, lantas dicurigai tanggalnya “ciong” atau tidak cocok. langsung deh
dibawa tuh tanggal ke tukang “kuamia” minta tolong dilihat antara si cowok dan
si cewek ada jodoh ngga. Jika tukang kuamia bilang boleh, baru calon besan
ketemuan. apabila tukang kuamia bilang jangan, pernikahan batal.
Jaman sekarang biasanya anak sama anak bilang mau kawin dulu, kemudian orangtua
akan datang ke tukang ngitung hari itu, biasanya pake buku “Tong su” dan minta
dicariin tanggal yang bagus untuk kedua belah pihak. Tidak bisa bilang “jangan”
pokoknya mau kawin si A sama si B minta tanggal yang paling bagus. Tetapi
masalahnya si tanggal ini suka suka susah keluarnya. Dan kalau yang susah gitu
diambil yang paling mendingan. Dan untuk masalah tanggal ini, biasanya dikasih
pilihan, tanggal ini hari minggu, lumayan bagus atau tanggal ini paling bagus,
tapi jatuhnya hari kamis, atau tanggal itu… nah jadi dua keluarga bisa pilih
pilih dan atur atur tanggal mana mau mengadakan pesta kawin.
ACARA KIRIM KOPER DAN PASANG SPREI
Istilahnya enggak tahu. Pokoknya pada hari yang bersangkutan ini pihak cewek
mengirim wakil, biasanya perempuan yang sudah menikah, mapan dan punya anak
laki laki untuk mendadani kamar pengantin. Otomatis pihak cowok sudah
menyediakan si kamar pengantin berikut tanjangnya donk. Wakil dari pihak
perempuan yang pasang spreinya, maksudnya biar anak cewek itu ketularan cepat
punya anak laki laki gitu, seperti yang kita tahu anak laki laki buat keluarga
tionghua khan penting untuk melanjutkan marga. Plus pihak cewek mengirimkan
koper, tanda bahwa si anak gadis sudah “masuk” ke rumah itu atau ke keluarga
cowok.
Acara koper koper lucu juga nih. Mula mula kopernya dialasi uang, uangnya makin
gede makin bagus, supaya si anak gadis ini masuk ke keluarga cowok dengan
bermodal gitu supaya jangan dipandang rendah oleh keluarga mertuanya kelak. Si
uang ini bisa ditebarkan gitu aja, bisa juga disusun susun berbentuk kipas,
jumlahnya harus genap dan komplit mulai dari pecahan terbesar (di indo seratus
ribuan) sampai pecahan terkecil (limaratus rupiah apa seribu rupiah gitu).
Terus di dalam koper ditebarkan “angco” atau red dates sama biji teratai.
katanya si biji teratai itu bunyinya serupa sama tahun( lian = nian), biji serupa
sama anak (ci =tze), dan red dates itu bunyinya serupa sama apa ya, pokoknya
sebangsa buru buru atau cepet cepet atau pagi pagi gitu. Maksudnya biar cepetan
punya anak gitu.
Isi
koper biasanya baju baru, berapa banyak terserah, makin banyak makin mentereng.
Tapi bawa kopernya harus 2 biji, sepasang, gedenya sih terserah.terus dalemnya
komplit mulai baju dalem, sikat gigi, sabun, minyak wangi, alat make up,
perhiasan, pokoknya segala keperluan cewek musti kumplit disitu supaya si cewek
pindah nanti nggak usah minta apa yang enggak ada sama mertuanya. Terus isi
koper ini sama perwakilan keluarga cewek dibongkar disaksikan sama kerabat
pihak cowok, dipindah ke dalam lemari. Katanya makin komplit isi kopernya makin
“dipandang” lah si menantu di keluarga suaminya. Di acara pasang sprei dan
kirim koper ini si calon pengantin ngga boleh ikut. Pokoknya isi kamar
pengantin bakalan jadi surprise.